Jumat, 25 November 2011

Modifikasi Sepeda Motor Trail Melanda Artis

JAKARTA (DP) – Sepeda motor jenis trail tak hanya milik para crosser yang berlaga di ajang motocross. Di jalan raya, sepeda motor yang identik dengan ground clearance tinggi dan ban bergerigi ini sudah banyak ditangkap mata kita. Penggemarnya, bahkan, semakin menjamur, berbanding lurus dengan trend Supermoto yang semakin besar.
Dari data Kawasaki Motor Indonesia (KMI), sepeda motor jenis trail laris manis, tumbuh lebih dari 50%. Pasar yang sempit ini praktis banyak dikuasai Kawasaki karena memang lebih fokus ke model yang tidak mainstream. ”Ibaratnya merk-merk lain jual ayam dan sapi, kami jual sayuran,” kata Freddyanto Basuki, Manager Marketing Kawasaki Motor Indonesia, kepada Darpurpacu.com.
Dengan respons ini Kawasaki meluncurkan produk baru, yakni Kawasaki D-Tracker 150, yang dikenalkan di Pekan Raya Jakarta 2010 silam. Penjualannya oke, lebih dari 100 unit hanya di event itu.
Setali tiga uang, di luar negeri juga sedang trend sepeda motor trail untuk harian. Berbagai komunitas trail menyebut trail harian ini sebagai Supermoto. Trend ini sudah dimulai di berbagai negara di  Eropa sejak 1996. Di awal era 2000-an, trend Supermoto mulai menjalar di kalangan bikers Indonesia.
Tapi masalahnya, harga jual trail memang tak semurah sepeda motor bebek atau skutik. Kawasaki D-Tracker 150, misalnya, bisa dibanderol Rp 23,9 juta. Belum lagi merek-merek dengan spesifikasi lebih tinggi, harganya bisa mencapai Rp 30-an juta ke atas.
Solusinya? Memodifikasi. Kini, banyak bikers yang ingin memodifikasi sepeda motornya. Mereka membangun dari nol untuk berubah wujud menjadi Supermoto. Menurut Lery, builder berbendera Caos Custom Bike di bilangan Pancoran, Jakarta, Supermoto sudah menjadi makanan sehari-harinya.
”Trend ini sudah merasuk ke para artis. Sebut saja Tora Sudiro, Ferry Maryadi, dan masih banyak artis lain ingin membangun sepeda motornya di bengkel saya,” ujar Lery.
Untuk membangun sepeda motor biasa menjadi Supermoto, ternyata bisa memakai jenis sepeda motor apa saja. Namun, tenaganya harus disesuaikan dengan bobot dan konsep yang akan dibangun. ”Kalau bisa bahannya dari sepeda motor cowok, atau mesin yang tenaganya sudah besar,” jelas Lery. [dp/Don]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar